BerkatNews.com. Berapa Paroki yang sudah secara regular dan tetap menjadikan AsIPA sebagai formatio wajib untuk pemimpin dan fasilitator? Seandainya saja semua paroki berjalan sesuai visi Gereja maka bisa dipastikan semua akan berjalan bersama; modul-modul sederhana yang digodok para Uskup dan teolog Asia akan sampai kepada umat. Ya, hampir tujuh tahun setelah Pedoman Pastoral Keuskupan Pangkalpinang Pasca Sinone II; “Menjadi Gereja Partisipatif” diundangkan oleh mendiang Mgr. Hila, hanya sedikit paroki yang mau mengikuti pedoman. Para imam diosesan yang seharusnya menjadi garda terdepan implementasi visi misi, terkadang justru hanya memposisikan diri sebagai “pengamat”; tidak mau berproses bersama awam sebagai rekan kerja. Hal itu bertolak jauh dari teladan mendiang Mgr. Hila yang merendahkan hati ikut sebagai peserta, menggali bersama setiap modul-modul pemberdayaan AsIPA.
Kabar gembira di minggu ke dua Juli ini, ada dua paroki yang memulai Lokakarya AsIPA; Paroki Kerahiman Ilahi Tiban dan Paroki Katedral Pangkalpinang. Dihubungi BerkatNews.com, peserta AsIPA angkatan I Paroki Kerahiman Ilahi berjumlah 115 orang dan Paroki Katedral 71 orang.
Paroki Kerahiman Ilahit Tiban terdiri dari 9 wilayah dengan total 31 KBG, namun dalam Pembukaan Lokakarya tahun ini (16/7) satu KBG di Belakang Padang belum bisa ikut mengingat kendala jarak dan waktu. Pelaksanaan Lokakarya AsIPA dilakukan setiap hari Senin dengan total 12 orang animator AsIPA. “Lokarya akan memakan waktu kurang lebih delapan bulan, jadi sekitar bulan Maret 2019 diharapkan sudah selesai…” ungkap Bpk Parlindungan, salah satu animator AsIPA Paroki Tiban.
Sementara itu, Paroki Katedral Pangkalpinang membuka Lokakarya AsIPA pada Selasa (17/7) di Gereja Katedral. Dari total 71 peserta itu, terdiri dari 4 wilayah di luar Pangkalpinang sedangkan 10 wilayah di Kota Pangkalpiang akan memulai AsIPA pada September 2018 setelah tahbisan Imam.
Dihubungi secara terpisah, Ibu Maria Florida, salah seorang animator AsIPA dari Paroki MBPA menuturkan bahwa proses AsIPA itu tidak boleh instan, para animator harus benar-benar mengenal setiap peserta dengan baik; “Sebenarnya proses Lokakarya AsIPA sekitar 10 bulan itu kita juga melihat kesetiaan peserta, jadi pengetahuan kognitif nanti dulu lah di program-program ongoing…, maka animator harus benar-benar jeli melihat kesetiaan peserta…“, ungkap Bu Ida.
Modul AsIPA memang sederhana, saking sederhananya hanya orang-orang “sederhana” yang mau dan mampu mengolahnya. Mungkin baik kita renungkan ucapan Kardinal Stephen Kim Sou-hwan dari Korea ini; “Saya telah menghadiri banyak konferensi tentang evangelisasi dimana kami menerima penglihatan yang indah, tetapi tidak ada yang memberi tahu kami cara mempraktikannya. Lokakarya AsIPA ini adalah yang pertama, yang mengandung tidak hanya visi tetapi juga cara dan metode untuk mewudujkan visi di paroki kita…“.*
costmust/BerkatNews.com