Pekan Biasa VI, Tahun C/II.
Peringatan fakultatif ketujuh saudara suci pendiri tarekat hamba-hamba SP. Maria.
Bacaan pertama Yakobus 2: 1-9, Bukankah Allah memilih orang-orang miskin? Tetapi kalian telah menghina orang miskin; Mazmur 34:2-3.4-5.6-7, Orang tertindas berseru, dan Tuhan mendengarkannya; Bacaan Injil Markus 8: 27-33, Engkaulah Kristus… Anak Manusia harus menderita banyak.
Beriman sesuai dengan Kehendak Allah Bukan Kemauan Sendiri
Oleh: Bapak Fransiskus Andi Krishatmadi*)
Dalam Bacaan I (Yak. 2:1-9), Yakobus mengritik keras kedua belas suku di perantauan yang mengamalkan iman dengan memandang muka (ay. 1. 4-7). Ketika ada seseorang yang memakai cincin emas dan pakaian yang indah, mereka begitu menghormati orang tersebut. Tetapi ketika ada orang miskin yang datang dengan pakaian yang buruk, mereka memperlakukannya dengan tidak baik (ay. 2-3). Karena meskipun kita mentaati hukum Tuhan tapi jika kita masih memandang muka, maka sebenarnya kita melanggar seluruh hukum Tuhan (ay. 9), yaitu mengasihi dan menghormati sesama tanpa pandang bulu (ay. 8).
Dalam Injil (Mrk. 8: 27-33) dikisahkan ketika Yesus dan para murid-Nya tiba di Kaisarea Filipi, Yesus bertanya kepada para murid-Nya. Pertama-tama Yesus bertanya: ”apa yang orang-orang katakan tentang diri-Ku?” (ay. 27). Jawab mereka: “Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia, ada pula yang mengatakan: seorang dari para nabi.”
Kemudian Yesus bertanya: ”Apa katamu siapakah Aku ini?” (ay. 29) Petrus menjawab: “Engkau adalah Mesias!” (ay. 30). Kemudian Yesus mengajar para murid-Nya dengan terus terang tentang Anak Manusia yang kelak harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari. Mendengar itu, Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Yesus. Yesus berpaling dan sambil memandang murid-murid-Nya, Ia memarahi Petrus, kata-Nya: “Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.” (ay. 33).
Bagaimana dengan kita? Petrus mewakili para murid Yesus, menyatakan bahwa Yesus adalah Mesias. Dengan jawaban itu nampaknya Petrus sungguh sudah memahami makna kemesiasan Yesus. Namun, ternyata pemahaman Petrus tentang Mesias berbeda dengan makna Mesias yang diajarkan Yesus. Maka ketika Yesus menyatakan bahwa diri-Nya adalah Mesias yang akan menderita, dan mati, tetapi kemudian akan menang, Petrus bingung dan menyatakan ketidaksetujuannya. Petrus tidak siap menghadapi kenyataan bahwa Mesias harus menderita. Tidak heran jika Yesus mengritik Petrus “Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.” (Mrk. 8: 33). Dengan teguran itu, Yesus bertujuan membaharui iman Petrus agar beriman sesuai dengan kehendak Allah bukan menurut kemauan sendiri.
Sadar atau tidak, kita, orang yang sudah dibaptis sering mengimani Yesus menurut pola pikir kita, bukan pola pikir Allah. Maka dapat kita bayangkan bagaimana pemahaman orang-orang yang belum atau tidak mengimani Yesus tentang Yesus, jika kita yang sudah mengimani Yesus masih salah memahami Yesus. (Mrk. 8:28). Jangan heran jika mereka mengatakan Yesus itu manusia biasa, bukan anak Allah dan juga bukan Allah. Dan karena itu pula, jangan marah dan mulai menuduh: penistaan agama. Kuncinya ada pada diri kita yang sudah dibaptis. Kita belum melaksanakan perintah mengasihi sesama seperti diri sendiri (Yak. 2:8). Yang kita praktekkan: mengasihi dengan memandang muka (Yak 2:2-9).
Dengan cara seperti itu sebenarnya kita sudah gagal menjadi saksi Kristus yang adalah kasih. Pesan Yesus: ”Hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.” (Mat 5:16). Dan kasih yang diajarkan Yesus adalah Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. (Mat 5:44). Dengan baptisan yang kita terima, sebenarnya Yesus memperayakan citra diri-Nya di masyarakat saat ini kepada kita (Mat 28:18-20).
Maka teguran keras Yesus kepada Petrus juga menjadi teguran keras kepaa kita agar kita mau selalu membaharui iman kita. dan biarkan Yesus membersihkan kita. (Yoh 15:2) serta praktekkan ajaran Yesus secara konsekuen, yaitu tidak bertindak semena-mena dan membeda-bedakan. Sebab jika kita memperlakukan orang-orang berdasarkan suku, agama, ras dan status sosial, maka sebenarnya kita sudah bertindak jahat (Yak 2:4). Padahal Tuhan sendiri memandang semua manusia sama dan sederajat. “Siapa mengolok-olok orang miskin menghina Penciptanya;” (Amsal 17:5)
Hari ini kita diajak belajar dari Tujuh Saudara Suci Pendiri Tarekat Hamba-hamba St. Perawan Maria (Ordo Servite) yaitu: St. Bonfilius, St. Amadeus, St. Hugo, St. Sostenes, St. Manettus, St. Buonagiunta dan St. Alexis. Mereka semua memiliki cinta mendalam kepada Maria, Bunda Allah. Maka mereka hidup saling membantu dan menguatkan dalam mengasihi dan melayani Tuhan. Buahnya, banyak pemuda datang menggabungkan diri dengan mereka. Semoga Tuhan memberkati
*). Guru Agama Katolik mengajar di Seminari Menengah Mario Jhon Boen Pangkalpinang