Home KATEKESE Renungan Harian, Rabu 16 Februari 2022

Renungan Harian, Rabu 16 Februari 2022

by Alfons Liwun

Pekan Biasa ke VI. Bacaan I: Yak. 1:19-27, Hendaklah kalian menjadi pelaksana sabda, dan bukan hanya pendengar; Mazmur 15: 2-3ab.3cd-4ab.5, Tuhan, siapa boleh diam di gunung-Mu yang kudus?; Bacaan Injil, Markus 8:22-26, Si buta itu sembuh, dan dapat melihat segala sesuatu dengan jelas.

 Kita tidak hanya Menjadi Pendengar tetapi Pelaksana Sabda Tuhan

Oleh: RD. Fransiskus Paskalis

 Sanak keluarga yang terkasih dalam Kristus.

Pertanyaan penting bagi kita semua, “mengapa Kitab Suci selalu dikatakan sebagai pelita yang menerangi jalan hidup kita?”. Ataukah mengapa Kitab Suci menjadi obor yang membimbing ziarah hidup kita?

Dari dua pertanyaan sederhana di atas, kita memberikan jawaban berikut: Kitab Suci adalah Sabda Tuhan sendiri. Artinya Tuhan sendiri yang berbicara kepada manusia melalui Sabda-Nya. Tuhan sendiri juga hadir dan menyapa setiap kita ketika Sabda-Nya dibaca, dan diperdengarkan. Sabda Tuhan adalah surat cinta dari Tuhan untuk kita orang-orang yang paling Dia kasihi. Oleh sebab itu, Sabda Tuhan adalah pedomaan dalam hidup kita agar hidup kita selaras dengan Tuhan sendiri. Sabda Tuhan adalah norma iman yang paling tinggi bagi kita umat-Nya.

Yesus menyebuhkan mata si Buta (foto:katolikku.com)

Kendati demikian, Sabda Tuhan bukanlah tulisan yang dibaca dan menjadi mati. Dia harus dihidupi, dijalankan agar membawa keselamatan untuk kita. Karena itulah, dalam bacaan pertama hari ini, Rasul Yakobus memberikan ajaran untuk kita yang adalah Sabda Tuhan itu sendiri bahwa menjalani hidup sebagai orang kristiani, tidak cukup kita hanya mengandalkan telinga kita untuk mendengar Sabda Tuhan. Kita perlu membuka telinga kita untuk mendengar setiap Sabda-Nya, tetapi Sabda itu perlu dihayati, sebab kita adalah pendengar dan pelaku Sabda Allah.

Meminjam kata-kata nabi Yesaya, Sabda Tuhan itu ibarat: “hujan dan salju turun dari langit dan tidak kembali ke situ, melainkan mengairi bumi, membuatnya subur dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, memberikan benih kepada penabur dan roti kepada orang yang mau makan.

Hal ini ditegaskan lagi oleh sang pemazmur, dalam Mazmur antar bacaan, bahwa hanya mereka yang menjadi pendengar dan pelaku Sabda-lah yang boleh tinggal di gunung Tuhan yang  suci. Ciri orang yang menjadi pendengar dan pelaku Sabda Allah: tanpa cela, hidup jujur, berkata benar dalam hati, tidak suka gosip (fitnah), tidak jahat terhadap saudaranya, tidak suka menghina, punya sikap hormat, serta tidak suka disuap.

Yesus menyempurnakan bacaan pertama dan mazmur tanggapan, dengan kisah menyembuhkan orang buta. Bagi Yesus mata penting agar orang bisa melihat bukan hanya dengan matanya sendiri, tetapi dengan Mata Yesus. Orang yang mampu melihat dengan Mata Yesus, menegaskan bahwa penglihatan dia adalah tatapan belaskasih, tatapan penuh perhatian, tatapan yang membawa damai, tatapan yang membuat tentram sesama, tatapan yang meneguhkan bagi yang putus asa dan pandangan yang memberikan semangat.

Marilah kita menjadi Yesus yang lain bagi sesama kita. Amin. ***

*). Imam Keuskupan Pangkalpinang, Pastor Kepala Paroki Regina Pacis Tanjungpandan Belitung

Related Articles

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.