Pekan Biasa ke VII.
Bacaan I: Yak. 4:1-10, Hawa nafsu dan bersahabat dengan dunia; Injil, Markus 9:30-37, Pemberitahuan kedua tentang penderitaan Yesus
Kuasa Melayani
Oleh: RD. Fransiskus Paskalis
Sanak keluarga yang terkasih…
Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau sekelompok orang untuk mengendalikan orang atau kelompok lain berdasarkan otoritas, kharisma, atau kekuatan fisik. Kekuasaan sepertinya merupakan sesuatu yang didambakan. Semua orang tanpa kecuali sekarang ini pada berlomba untuk mendapatkan kekuasaan.
Memang, kekuasaan memberikan kehormatan atau prestise. Karena ada otoritas untuk mengendalikan orang lain dan menganggap diri lebih hebat. Maka kekuasaan selalu dikejar dan ketika sudah mendapatkannya, orang merasa puas.
Kalau orang terus memfokuskan dirinya pada kekuasaan, maka dia akan berjuang untuk mendapatkannya. Hidupnya hanya berkutat pada bagaimana cara memperolehnya, maka di saat itulah dia kehilangan banyak makna hidup dan juga pengalaman hidup penuh sukacita.
Karakter di atas persis terpatri dalam diri para murid Yesus. Ambisi dan merasa diri paling besar dan berkuasa di antara kelompok para murid, telah membuat mereka lupa ajaran penting yang sedang disampaikan oleh Yesus. Ketika Yesus secara perlahan menyingkapkan misteri Paskah-Nya yang akan Dia hadapi; Sengsara, Wafat dan Bangkit, dan meminta mereka untuk mendengarkan, para murid malah sedang mempersoalkan tentang siapa yang lebih besar dan lebih berkuasa.
Para murid tampaknya lebih tertarik dengan kekuasaan dan kehormatan. Mereka lebih memikirkan urusan duniawi daripada urusan surgawi. Sekilas terlihat, para murid memiliki motivasi yang lain dengan harapan Yesus. Mereka mengikuti Yesus hanya karena ingin berkuasa dan menguasai orang lain. Gila kuasa, telah membuat mereka lupa ajaran yang sangat penting dari Yesus.
Yesus menegur mereka dan memberikan kriteria bagaimana menjadi murid-Nya; yakni rela menjadi yang kemudian dan memiliki sikap seoarang pelayan. Bagi Yesus, pelayan adalah keutamaan dan orang harus belajar dan membiasakan diri agar bisa memiliki semangat ini.
Kadang kita jatuh seperti para murid. Kita sibuk untuk mencari kuasa dan mau berkuasa atas orang lain. Kita kerap merasa diri lebih hebat dari orang lain. Dan tindakan kita menunjukkan betapa kita begitu otoriter. Kadang kita juga mengatakan: saya yang berkuasa, saya yang punya wewenang, saya yang punya otoritas, saya yang lebih hebat dari orang lain.
Yesus dan Injil-Nya hari ini menegur kita semua untuk berubah. Mari menjadi yang terkecil, mari menjadi pelayan, mari menjadi hamba sebab dengan sikap-sikap seperti ini, kita dapat dengan sukacita menjalani hidup kita. Amin….
*). Imam Keuskupan Pangkalpinang dan Pastor Paroki, Paroki Tanjungpandan Belitung