Home KATEKESE Renungan Harian, Rabu 9 Februari 2022

Renungan Harian, Rabu 9 Februari 2022

by Alfons Liwun

Pekan Biasa ke V.

Bacaan I: 1Raja-raja, 1-:1-10, Raja Syeba melihat segala hikmat Salomo; Mazmur, Mulut orang benar menuturkan hikmat; Injil, Markus 7:14-34, Apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskan.

Belajar dari Ratu Syeba, untuk menemukan kejujuran dalam memuji Tuhan

Oleh: RD. Fransiskus Paskalis *)

Sanak keluarga yang terkasih….

Memasuki hari ketiga, dalam pekan biasa kelima, kedua bacaan hari ini mendidik kita untuk lebih bijak dalam menata hidup dengan berpedoman pada Sabda Tuhan. Kebijaksanaan raja Salomo, yang telah mewarisi takhta Daud ayahnya, telah membuat banyak orang tercengang. Bahkan kabar itu, telah sampai ke telinga ratu dari negeri Syeba.

Untuk membuktikan kabar itu, ratu dari negeri Syeba datang untuk melihat sendiri, bagaimana kabar tentang kehebatan raja Salomo. Dalam pengakuannya yang dikisahkan bacaan pertama hari ini, dia harus mengakui kehebatan, dan kebijaksanaan raja Salomo. Sukses yang diraih Salomo, bukan semata-mata usahanya sendiri, tetapi bagaimana Tuhan yang telah memberikan jaminan kepadanya. Sebab itu pula, dalam pujian yang diberikan oleh ratu dari negeri Syeba yang adalah seorang yang tidak mengimani Tuhan,  ia ikut memuji Tuhan Allah yang diimani oleh Salomo, sebuah pengakuan iman yang jujur dari seorang yang belum mengenal Tuhan.

Yesus menyembuhkan yang Sakit (foto:wordPress.com)

Pengakuan iman yang jujur serta tulus yang lahir dari ratu Syeba, berbanding terbalik dengan orang-orang Farisi yang telah mengenal Tuhan, dan bagimana mereka mengakui Salomo sebagai raja mereka. Ketegaran hati dan ketertutupan iman, membuat Yesus mencela mereka. Penerapan adat istiadat nenek moyang secara ketat dan kaku, rupanya hanya sebagai topeng untuk melindungi diri dari sikap kemunafikan mereka. Dalam konteks ini, orang-orang Farisi berkamuflase untuk menutupi kebusukan mereka dengan dalil bahwa mereka taat pada ketetapan nenek moyang mereka yang ditulis dalam Taurat Musa.

Mereka lupa, bahwa dihadapan mereka hadir hukum tertinggi, yakni Yesus. Dan Yesus menggunakan kesempatan itu untuk memberikan ajaran-Nya. Bagi Yesus, apa yang masuk itu baik adanya, tidak najis. Sebab masuk ke perut dan kemudian dibuang dalam bentuk kotoran. Sementara yang membuat najis adalah yang keluar dari alam (hati). Yesus menguraikan dengan jelas sikap-sikap yang menajiskan yang melahirkan dosa; percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, sikap serakah, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, suka menghujat (gosip/hoax), kesombongan dan kekebalan. Jelas, bahwa Yesus sebagai Hukum Baru, telah memberikan makna baru bagaimana menjalani hidup agar hidup lebih berarti bagi Tuhan dan sesama.

Bagi kita, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, sikap serakah, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, suka menghujat (gosip/hoax), kesombongan dan kekebalan adalah sikap yang harus kita ditinggalkan. Sebab jika kita memelihara sikap ini, tentu kita akan terus menjadi hamba dosa, dan kita kehilangan kesempatan untuk mengalami rahmat Allah dalam hidup.

Akhirnya, mari kita perlu belajar pada ratu Syeba, memuliakan Tuhan dengan perbuatan amal yang tentu berkenan pada Tuhan. Amin.

*). Imam Keuskupan Pangkalpinang, Pastor Kepala Paroki Tanjungpandan Belitung

Related Articles

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.