Home KategorialKevikepanKevikepan BabelKatedral (Pangkalpinang) Renungan Harian Kamis, 10 Februari 2022

Renungan Harian Kamis, 10 Februari 2022

by Alfons Liwun

Pekan  Biasa V, Tahun C/II

Peringatan Wajib St. Skolastika, Perawan

Bacaan pertama 1Raja-raja 11: 4-13, Salomo tidak berpegang pada perjanjian Tuhan maka kerajaannya dikoyakkan;Mazmur 106: 3-4.35-36.37.40, Ingatlah aku, ya Tuhan, demi kemurahan terhadap umat; Bacaan Injil Markus 7: 24-30, Anjing-anjing pun makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak.

Jagalah Kesetiaan Kita pada Allah, Jangan Berpindah ke Lain Hati

Oleh: Bapak Fransiskus Andi Krishatmadi*)

Selamat pagi saudaraku tercinta,

Dalam Bacaan I (1Raj. 11:4-13) mengisahkan bahwa raja Salomo yang begitu setia kepada Tuhan dianugerahi dengan hikmat, kekayaan, dan kekuasaan yang luar biasa. Namun, di akhir hidupnya, ia justru gagal menjaga kesetiaannya itu dengan berpaling pada illah-illah lain (ay. 4). Salomo melakukan apa yang jahat di mata Tuhan, dan ia tidak dengan sepenuh hati mengikuti Tuhan, seperti Daud, ayahnya (ay. 6).

Kemudian Penginjil Markus (7:24-30), mengisahkan bahwa seorang perempuan dari bangsa Yunani Siro-Fenesia datang dan memohon kepada Yesus agar mengusir setan dari tubuh anaknya (ay. 26). Yesus menolak permintaan perempuan itu dengan kasar “Biarlah anak-anak kenyang dahulu, sebab tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.” (ay. 27).

Perempuan itu tidak menyerah dan tidak marah. Ia tetap gigih berjuang agar anaknya dipulihkan Yesus. Ia semakin merendahkan diri dihadapan Yesus dengan berkata, “Benar Tuhan, tetapi anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak” (ay. 28).) Yesus akhirnya kagum melihat iman perempuan Siro-Fenesia itu. “Karena kata-katamu itu, pergilah sekarang sebab setan itu sudah keluar dari anakmu,” (ay. 29) dan sembuhlah anaknya (ay. 30).

Bagaimana dengan kita? Yesus, sebagai orang Yahudi dan hidup di sekitar orang-orang Yahudi, menunjukkan sikap ke-Yahudian-Nya, dengan memandang rendah perempuan Siro-Fenesia itu. Perempuan itu Ia sebut / samakan dengan anjing, yang tidak berhak mendapat rahmat Allah, sedang orang Yahudi Ia sebut anak-anak Allah, yang berhak bahkan menjadi ahli waris rahmat Allah. Memang bangsa Yahudi sering melecehkan orang asing, antara lain Siro-Fenesia, karena dianggap bukan bangsa pilihan Allah. Mereka kerap menyebut bangsa asing dengan istilah anjing.

Yesus menjawabi permintaan Perempuan Siro-Fenesia karena keteguhan imannya (foto:sesawi,net)

Namun hebatnya, cara berpikir ke-Yahudian- Yesus berubah, karena melihat jauh dilubuk hati perempaun itu memiliki keteguhan imannya. Karena keteguhan iman perempuan itu, Yesus mengabulkan permohonan perempuan Siro-Fensesia. Apakah Yesus menjadi seperti Salomo yang terpengaruh setelah melihat sikap iman perempuan Siro Fenesia itu. Jika Salomo mengabulkan keinginan para istrinya karena mau menyenangkan para istinya, maka Yesus mengabulkan permohonan perempuan Siro-Fenesia itu karena Ia melihat ada iman, harapan, ketekunan, kebijaksanaan, dan kerendahan hati dalam diri perempuan kafir itu.

Hal seperti itu justru tidak Ia temukan di kalangan orang Yahudi, juga tidak ada di antara para pemuka Yahudi: Ahli Taurat dan orang-orang Farisi (lih. Mat. 8:10). Luar biasanya, perempuan Siro-Fenesia itu tidak membela diri ataupun tersinggung dikatakan sebagai “anjing.” Ia justru sungguh mendengarkan dan mengambil kesempatan dari setiap kata yang diucapkan Yesus.

Kita perhatikan kata-kata Yesus “Biarlah anak-anak kenyang dahulu.” Dengan adanya kata dahulu, perempuan Siro Fenesia itu menangkap masih ada harapan bagi dirinya bahwa gilirannya pasti akan tiba dan ia pasti akan memperoleh hasilnya. Dalam kerendahan hatinya, perempuan Siro Fenesia itu setia sampai akhir, sampai saat gilirannya datang yaitu menunggu sisa-sisa (remah-remah) yang jatuh / djatuhkan oleh anak-anak Allah. Dan penantiannya tidak percuma, karena Yesus justru memberi perempuan itu roti yang utuh, yaitu diri-Nya, yang justru ditolak (dibuang) oleh bangsa-Nya sendiri, umat pilihan Allah. Perempuan Siro-Fenisia itu mempunyai iman, kerendahan hati, ketekunan, dan hikmat.

Jauh berbeda dengan Salomo. Walau ia penuh hikmat Allah, ternyata ia tidak mampu merawat kesetiaanya pada Allah yang telah membesarkannya. Demi mengobral cinta kepada para istrinya yang berasal dari bangsa lain (kafir), ia mengalihkan hatinya dari Allah ke ilah-ilah para istrinya. Salomo, seperti para ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah merendahkan martabat Allah dengan menempatkan Allah sejajar dengan ilah-ilah bangsa lain atau hukum buatan manusia / adat istiadat di atas Firman Allah. “Sungguh pandai kamu (Salomo) mengesampingkan perintah Allah, supaya kamu (Salomo) dapat memelihara adat istiadatmu sendiri (para istrimu yang berasal dari bangsa lain). (Mrk 7:9)

Hari ini peringatan wajib Sta. Skolastika, adik St. Benediktus. Kita merayakan hari ini mau menunjukkan iman yang mirip dengan perempuan Siro Fenesia. Ketika kesempatan berkunjung ke biara St. Benediktus, waktu berkunjung sudah habis, ia memohon kepada St. Benediktus agar St. Benediktus mau menemani dirinya ngobrol (curhat). Permohonan ditolak karena aturan biara tidak mengijinkan St. Benediktus tinggal di luar biara. Sta. Skolastika tidak marah dan tidak kecewa. Tetapi diam-diam ia memohon kepada Tuhan. Permohonannya dikabulkan Tuhan dengan menurunkan hujan dan petir yang membuat St. Benediktus tidak bisa pulang ke biaranya. St. Benediktus sedih dan mengeluh ”Semoga Tuhan mengampuni engkau, saudariku. Apa ini yang telah engkau lakukan?” Sta. Skolastika menjawab santai “Yah, aku mohon padamu tetapi engkau tidak mau mendengarkan aku. Jadi aku mohon pada Tuhan-ku dan Ia sungguh mendengarkan aku. Sekarang pergilah jika engkau bisa, tinggalkan aku dan kembalilah ke biaramu.” Kita belajar dari Salomo, Yesus dan perempuan Siro-Fenesia. Juga kita belajar dari Sta. Skolastika supaya kita dikuatkan dan diteguhkan iman pada Tuhan. Dengan begitu, kita tetap jaga kesetiaan kita pada Allah, jangan berpindah ke Lain Hati. Semoga Tuhan memberkati. ***

*). Guru Agama Katolik mengajar di Seminari Menengah Mario Jhon Boen Pangkalpinang

Related Articles

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.