Bacaan 1, Rm. 5: 12.15b. 17-19.20b-21; Mzm. 40: 7-8a. 8b-9.10.17; Bacaan Injil Lukas, 12: 35-38
Siap Menyambut Adam Baru
Oleh: RD. Zakarias Ujan, Pastor Keuskupan Pangkalpinang
Sajian bacaan pertama, Mazmur, dan bacaan Injil mendasari judul renungan kita yang terbaca di atas. Yang terbidik mata berupa perbandingan Adam pertama dan Adam Baru. Diawali Paulus dengan menunjukkan bahwa Jemaat di Roma terbelit dosa dan akhirnya mengalami sejumlah konsekuensinya. Dan itu dapat terlihat jelas dalam pewartaan Paulus, dengan menampilkan dalam karya pewartaannya, sebuah kontras tajam antara Adam pertama dan Adam Baru.
Adam pertama adalah manusia pertama ciptaan Pencipta dan yang ditempatkan Allah untuk hidup di taman Eden. Kerena rasa kecemburuan begitu membara dalam hati dan hidupnya, maka Adam pertama dalam perjanjian lama itu jatuh terbelit dosa. Akibat kejatuhan itu, dosa merajai dunia dan maut menguasai semua manusia. Dan pula karena pelanggaran Adam pertama, semua manusia dihukum. Dan karena ketidaktaatan Adam pertama semua manusia juga mewarisi dosanya yang dijuluki dosa pusaka. Dosa itu menguasai manusia dan alam hidupnya.
Adam yang kedua adalah Yesus Kristus. Pada-Nya terdapat semua kualitas positif yang diperuntukan kepada semua orang. Melalui Kristus, semua manusia memperoleh kelimpahan kasih karunia dan anugerah kebenaran dari Allah. Semua manusia mendapat pembenaran untuk hidup dan berkuasa. Oleh karena ketaatan Kristus semua manusia menjadi orang benar. Karena Kristus Adam Baru, kasih karunia Allah berkuasa dan semua manusia dibenarkan untuk hidup kekal.
Kita umat nasrani berusaha dengan bantuan Roh Kudus dan Rahmat Tuhan serta kewaspadaan kita sebagai makhluk lemah agar tidak jatuh dalam dosa dan kalau jatuh hendaknya kita bertobat dan kembali kepada jalan Tuhan.
Kita juga mensyukuri rahmat penebusan dan pembebasan yang dikerjakan Yesus yang adalah bagian tak terpisahkan dari pengorban dan ketaatan-Nya pada kehendak Bapa-Nya. Kristus, oleh cinta dan salib-Nya kita umat nasrani dibebaskan dari dosa dan dibenarkan untuk hidup kekal.
Akhirnya, kita umat beriman senantiasa menyadari “partisipasi” kita dalam tugas menjalankan kehendak Tuhan dan selalu bersiaga menyambut kedatangan-Nya kapan pun dan dimana pun. Semoga. Amin. Salam Komunio. ***