Oleh: RD. Fransiskus Paskalis, Pastor Keuskupan Pangkalpinang
Pekan Biasa ke XXVII
Bacaan 1: Yun. 4: 1-11; Mzm. 86: 3-4.5-6.9-10; Bacaan Injil Luk. 11: 1-4
Sanak keluarga yang terkasih dalam Kristus Yesus….
Injil hari ini, diawali dengan sepenggal kisah tentang Yesus yang baru saja menyelesaikan doa-Nya. Kendati Dia adalah Tuhan, bagi Yesus, membangun hubungan yang erat dengan Bapa-Nya di surga adalah sebuah kewajiban. Hanya dengan mendekatkan diri-Nya kepada Bapa, Yesus menyerahkan seluruh misi pewartaan Injil kepada Tuhan, agar Dia tidak menyimpang dari apa yang menjadi kehendak Bapa-Nya. Yesus menyadari bahwa dalam diri-Nya terdapat kodrat manusiawi, maka hidup-Nya tidak bisa dipisahkan dari doa, bukan dalam kodrat-Nya sebagai Tuhan. Dengan berdoa sebagaimana dikisahkan dalam Injil hari ini, Yesus sebenarnya sedang memperlihatkan ke hadapan kita semua bahwa Dia adalah sungguh-sungguh manusia.
Menjalankan tugas perutusan tanpa melibatkan Tuhan, hanya akan membawa-Nya pada sikap yang bertentangan dengan kehendak Allah; egoisme, popuilaritas diri, dan perlahan-lahan akan menuntun-Nya pada kehancuran. Karena itu, bagi Yesus doa merupakan kebutuhan pribadi dan doa dapat menolong-Nya untuk menjauhkan diri dari visi pribadi-Nya dan mengabaikan visi Bapa-Nya.
Sikap doa Yesus yang ditampakkan kepada para murid, membuat mereka kagum, dan meminta agar Yesus mengajarkan kepada mereka bagaimana seharusnya berdoa, “Tuhan, ajarlah kami berdoa, sebagaimana Yohanes telah mengajar murid-muridnya”. Yesus kemudian mengabulkan permohonan mereka dan Ia mengajarkan mereka bagaimana seharusnya berdoa.
Doa yang indah inilah yang kemudian kita kenal sebagai doa Tuhan atau dalam bahasa sehari-hari kita sebut doa Bapa Kami.
Bapa kami yang ada di surga,
Dimuliakanlah nama-Mu.
Datanglah kerajaan-Mu.
Jadilah kehendak-Mu
di atas bumi seperti di dalam surga.
Berilah kami rezeki pada hari ini,
dan ampunilah kesalahan kami,
seperti kamu pun mengampuni yang bersalah kepada kami.
Dan janganlah masukkan kami
ke dalam pencobaan,
tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat.
Doa yang diajarkan oleh Yesus kepada murid-murid-Nya, berikut dilestarikan dalam Gereja dan kita prektekkan adalah sebuah doa sederhana. Kendati menjadi doa yang sederhana, mungkin karena sering kita ulangi setiap hari, tetapi doa Bapa Kami memiliki kekayaan yang begitu mengagumkan sekaligus menjadi doa yang sempurna. Terkadang kita memang mengulangi doa ini terus menerus, tetapi itu hanyalah sederetan kata dan kalimat, tanpa kita maknai dan kita resapi dengan hati. Oleh sebab itu, saya mengajak kita semua untuk menghayati kembali kata demi kata dan kalimat demi kalimat dalam doa Bapa Kami.
Bapa Kami yang ada di surga. Ketika kita mengucapkan kalimat ini, marilah kita menyadari bawah kita boleh bangga, dapat menyapa Allah dengan sebutan Bapa. Dia lah Bapa yang menciptakan dunia dan kita anak anak-Nya. Dimuliakanlah nama-Mu. Dengan menyebut kalimat ini, kita menyadari bahwa satu satunya yang patut dimuliakan adalah Tuhan. Memuliakan yang lain, dan menduakan Tuhan adalah dosa, sebagaimana kita ingat dalam sepuluh perintah Allah. Datanglah Kerajaan-Mu; kita merindukan Kerajaan Allah itu berada di tengah-tengah kita, suatu kerajaan di mana Allah menjadi Raja atas kita semua sehingga di tengah kita ada suasana, saling mengasihi, menjadi pembawa damai, semua orang hidup sebagai saudara, hidup dalam keluarga Allah. Jadilah kehendak-Mu. Dengan doa ini, sebenarnya kita menempatkan diri kita seperti Bunda Maria, yang membiarkan dirinya dituntun oleh kehendak Allah dan bukan kehendak pribadinya. Bukalah hati kita untuk mendengarkan rencana Allah terhadap kita dan biarlah Allah yang menuntun hidup kita. Di atas bumi seperti di dalam surga.
Sekali lagi kita memohon agar Allah merajai dunia kita, dunia yang penuh dengan kebencian, saling melukai, saling memfitnah, saling menyakiti, permusuhan. Jika Allah merajai kita, maka dunia adalah rumah yang penuh damai bagai siapapun. Berilah kami rejeki pada hari ini. Satu-satunya rejeki hidup kita adalah Yesus sendiri. Dia lah Roti Hidup yang turun dari surga. Rahmat ini perlu kita mohonkan agar menolong kita untuk lebih mencintai Yesus yang hadir dalam Ekaristi Kudus setiap hari. Cinta kita akan doa Bapa Kami harus mendorong kita untuk merayakan misa tiap hari, sebab di sanalah kita menerima Yesus dalam Tubuh Suci-Nya. Dan ampunilah kesalahan kami; kita menempatkan diri kita sebagai anak-anak Bapa yang berdosa.
Dosa adalah bagian dari hidup kita. Dosa membuat relasi personal kita dengan Tuhan menjadi putus, dan itu membawa dampak pada kehilangan martabat sebagai anak Allah. Karena itu, kita memohon belaskasihan Tuhan untuk mengampuni kita agar kita layak menyapa Dia sebagai Bapa kita. Seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami. Pada bagian ini, kadang kita berbohong kepada Tuhan. Kita tidak memiliki spirit pengampunan. Dan lebih memilih balas dendam pada sesama. Padahal balas dendam bukan pilihan yang Tuhan berikan dan ajarkan untuk kita. Dan janganlah masukkan kami dalam pencobaan, tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat. Amin.
Kita perlu meminta kepada Bapa di Surga untuk selalu menjaga dan melindungi agar kita tidak terjerumus dalam dosa. Memang roh itu kuat, tetapi daging lemah. Karena itu pula, kita harus terus meminta agar Bapa tidak membiarkan kita jatuh dalam dosa dan kejahatan, agar kita menjadi anak-anak kesayangan Bapa di surga.
Amin.