Sei Beduk – Berkatnews.com. Paroki termuda di pulau Batam ini, terus menerus bertumbuh dalam mewujudkan Gereja Partisipatif yang menjadi Visi Keuskupan Pangkalpinang. Meski belum genap berusia 2 tahun, paroki yang dipimpin oleh Partor dari konggregasi Serikat Sabda Allah (SVD) ini, bertekad untuk menumbuhkembangkan partisipatif dari akar rumput, yaitu KBG.
Ketika diwawancarai oleh kontributor Berkatnews.com, Pastor Paroki Paroki St. Hilarius, RP Kristianus Ratu, SVD menyampaikan bahwa, KBG dan Fasilitator memiliki hubungan yang sangat erat. “Jika ingin KBG tetap hidup, tumbuh dan berbuah, peran sentral Fasilitator menjadi penting”, tegasnya. Seiring waktu berjalan, Fasilitator di Paroki ini menjadi lesu, kurang bergairah. “Roh kuat, tapi daging lemah”, seperti baterai HP yang perlu di-charge, fasilitator juga perlu rekoleksi untuk mendapat tenaga dan semangat yang baru. Romo Kris percaya, sentuhan dan percikan yang diembuskan oleh RD Lucius Poya Hobamatan, bisa membuat para fasilitator semakin bergairah untuk masuk ke arena pelayanan sebagai fasilitator. Beliau juga berharap, benih-benih Sabda, tidak jatuh di pinggir jalan atau di tempat yang berbatu. Semoga para fasilitator bisa mulai bangkit, bergerak membangun Gereja Partisipatif.
Rekoleksi yang dilaksanakan pada hari Sabtu, 14 April 2018 ini dihadiri oleh sekitar 60 orang Fasilitator dari 29 KBG dari total 46 KBG yang tersebar di 3 stasi di paroki ini. Kegiatan ini diawali dengan daftar ulang pada pukul 08:00 wib, lalu sambutan oleh Pastor Paroki, Sharing Injil 7 Langkah lalu masuk sesi pertama oleh Romo Poya. Pada sesi ini Romo Poya mengajak peserta untuk kembali belajar pada kisah Komunitas di Lagos (Modul Lokakarya AsIPA B/2), dan mendiskusikan beberapa pertanyaan, yaitu sudah sejauh mana fasilitator membangun hubungan yang mesra dengan Tuhan, umat yang dilayani, serta dengan sesama fasilitator. Peserta juga diajak men-sharing-kan kendala-kendala yang mereka hadapi .
Setelah makan siang, materi sesi kedua tentang KBG Dalam Terang Kitab Suci. Pada sesi ini, Romo Poya memberi penekanan tentang spiritualitas sebagai Hamba dan Murid. Hamba yang selalu taat, setia, menyadari bahwa kepentingan Tuhan harus lebih utama dari kepentingan diri sendiri, dan selalu berjaga-jaga dan mawas diri. Murid berarti selalu belajar, belajar dan belajar, mengikuti jejak Yesus Sang Guru, mendengarkan suara Sang Guru, siap diutus Sang Guru, tidak menyimpang dan saling menguatkan. Setelah sesi ini, peserta kembali diskusi dalam kelompok untuk merenungkan, apakah setelah mereka menjadi fasilitator mereka benar-benar sudah menjadi murid, perubahan apa yang menjadi perhatian pokok peserta, serta apakah selama menjadi fasilitator sudah berkomitmen
Setelah semua kelompok menyampaikan secara pleno, para paserta diajak mengendapkan materi. Beberapa hal yang menjadi pengendapan pribadi dari materi adalah: pertobatan perempuan Samaria, Zakeus Si Pemungut Cukai, Si Lumpuh yang mendapat perhatian Yesus, Si Buta yang bisa melihat, serta Petrus dan Yohanes dua orang nelayan yang bisa menghadirkan kuasa Tuhan dan menjadi saksi-Nya. Lalu pada sesi terakhir, para peserta diajak membangun komitmen yang dipandu oleh Bp Edwin Adelbertus Sitanggang, selaku koordinator Seksi Pengembangan KBG. OMK yang dikoordinasi oleh Sdr. Harri dilibatkan oleh panitia untuk membantu registrasi, ice breaking dan memandu diskusi-diskusi kelompok.
Ketua panitia rekoleksi, Bp Alvino Sinambela, yang merupakan peserta Lokakarya AsIPA angkatan pertama Paroki, St. Damian yang sudah pindah domisili ke Paroki St. Hilarius, menyampaikan bahwa rekoleksi ini merupakan program kerja Seksi Pengembangan KBG, untuk mempersiapkan dan pembentukan panitia Lokakarya Asipa, yang rencananya akan dilaksanakan pada minggu kedua bulan Juni 2018.
Tujuan dilaksanakannya rekoleksi ini supaya para fasilitator KBG yang selama ini “hilang”, bisa kembali memberi diri dan teringat pada tugasnya yaitu melanjutkan misi Kristus. Panitia mengalami kendala dalam mencari nama-nama Fasilitator yang hilang di KBG-KBG. Tapi hal itu tidak menyurutkan niat panitia untuk tetap mengadakan rekoleksi ini.
Salah satu peserta yang diwawancari oleh Berkatnews.com, yaitu Bp. Bernardus Nelis, fasilitator dari KBG Sta. Teresa dr Calcuta menyampaikan bahwa, beliau ikut rekoleksi karena ingin benar-benar menjadi seorang fasilitator yang bisa memfasilitasi, bukan sekedar fasilitator abal-abal. Selain ingin menimba ilmu langsung pada sumbernya, beliau juga akan menerapkan apa yang didapat dari rekoleksi ini di KBG-nya. Beliau sangat berharap setelah ini akan ada rekoleksi-rekoleksi fasilitator lagi.* (L V Evy Puspitosari / BerkatNews.com)