Pekan XXIX
Bacaan 1, Rom. 8: 1-11: Roh Allah yang membangkitkan Yesus dari alam maut tinggal dalam dirimu; Mzm. 24: 1-2.3-4ab.5-6: Itulah angkatan orang-orang yang mencari wajah-Mu, ya Tuhan; Bacaan Injil, Luk. 13: 1-9: Jikalau kalian semua tidak bertobat, kalian pun akan binasa dengan cara demikian.
Menenun Hidup Sebagai Homo Viator
Oleh: RD. Lucius Poya H., Pastor Keuskupan Pangkalpinang
Hidup ini sebuah ziarah; sebuah perjalanan menuju Sang Penguasa kehidupan, kata Yesus di hari Jumat kemarin. Karena hidup ini sebuah ziarah, maka dunia tempat manusia hidup bukanlah titik akhir, melainkan tempat lintas. Oleh karena itu pula, manusia yang melintasinya juga adalah insan peziarah. St. Gregorius Agung menggelarinya sebagai homo viator.
Karena eksistensi manusia di dunia adalah homo viator menuju Sang Penguasa kehidupan, maka kata Yesus, sejatinya hidup manusia bukan di dunia sini melainkan di dunia sana; di tempat sang Penguasa hidup berada. Kendati demikian, dunia sini, tempat manusia melintas, harus menjadi tempat menenun kebijaksanaan hidup. Sebab sebagai penguasa kehidupan, kata Yesus hari Selasa dan Rabu, Anak Manusia senantiasa datang setiap saat, tanpa informasi dan rencana, untuk meminta per-tanggungjawaban.
Demi menenun hidup sebagai homo viator itulah, maka dunia jangan hanya sekedar dimanfaatkan untuk meraih kepuasan hidup yang sementara, sehingga hari-hari ziarah sekedar terkonsentrasi pada urusan mengais nasib. Justru karena dunia adalah tempat ziarah, maka ia harus menjadi tempat bertumbuhnya spiritualitas hamba, dan tempat api iman menyala tiada padam.
Teguran Yesus terhadap dua bersaudara, Yakobus dan Yohanes, yang menimbulkan kemarahan para murid lain, pada hari Minggu yang silam, menggugat saya dan anda bagaimana melakoni hidup sebagai murid Yesus dalam ziarah di dunia. Perumpamaan tentang sosok manusia yang tetap setia memelihara identitas sebagai hamba, sehingga selalu siap menyambut kedatangan sang tuan kapan saja, sebagaimana dilansir injil hari Selasa dan Rabu, semakin membuka hati dan pikiran siapa saja bahwa betapa pentingnya menumbuhkan spiritualitas sebagai Hamba Allah dalam ziarah hidup di dunia. Dan demi menumbuhkan spiritualitas Hamba Allah itu, kata Yesus hari Kamis, betapa Ia mendambakan agar api iman tetap menyala, apapun cobaan dan tantangan yang dihadapi.
Bila hidup di dunia dijalani dalam semangat hamba dengan iman yang menyala, hidup bersama sebagai peziarah pasti dirajut dalam harmoni, dipintal dalam damai; dianyam dalam persaudaraan. Permusuhan mungkin saja terjadi, tetapi tak dipatenkan sebagai gaya hidup yang harus dilestarikan, sebagaimana di-warning Yesus hari Jumat kemarin.
Ya! Hidup ini sebuah ziarah. Dan dunia hanyalah tempat ziarah menuju sang Penguasa Kehidupan. Dan oleh karena itu, kata Yesus di akhir pekan hari ini, manusia yang melintasinya sebagai homo viator, harus menjadikannya sebagai tempat bertumbuh dan menghasilkan buah, untuk dicicipi oleh sang Tuan yang empunya. Demi menghasilkan buah-buah kehidupan yang bisa dicicpi oleh Tuhan dan sesama itu, maka pupuklah hidup dengan spiritualitas hamba, bersihkanlah diri dengan pertobatan, agar akar iman leluasa mencari dan menemukan sumber hidup sejati. Bila akar iman membawa kita menemukan kesejatian hidup, buah-buah kehidupan pasti bermunculan dan dicicipi.
Selamat berakhir pekan. Selamat memasuki pekan ziarah berikutnya. Salam Komunio. ***