DUPLIKAT MIMPI
Terlelap mataku mendengar dentingan waktu
Terbuai oleh memori indah nan membekas
Masih kurasakan langkah-Nya yang sayup sepi
Menari-nari indah di dalam pikiranku
Merasuk ke dalam jiwaku
Meninabobokkan hatiku yang berbunga-bunga
Menantikan kehadiran-Nya yang kudamba
Ku seperti merasa di alam surga
Lebih lagi dengan ajakan suara-Mu yang menggema
Jiwaku bahagia tak terhingga
Yang kemudian menggelisahkanku,
“Apakah ini mimpi atau nyata?”
Yaa …
Ini awal dari kenyataan,
Tersadar ku hanya berhalusianasi
Tenggelam dalam alam mimpi yang bergayut
Ku ingin wujudkan mimpi itu
Lewat cara hidupku yang berkarakter memesona
=***=
KATA ORANG
Orang pandai berkata-kata
Sampai tak tahu apa yang mau dikatakannya
Beribu bahasa terbuang percuma
Karena tak ada rem untuk menghentikannya
Ini, itu, semua dikatakan
Mumpung mulut bisa bicara, katanya …
Katanya …
Bisa membuat yang bulat jadi segitiga
Katanya …
Bisa membuat yang sudah jelas penuh tanya
Katanya lagi …
Orang tak mau lagi mendengarkan!
Karena katanya, bisa benar bisa salah
Bak si tukang penipu ditipu oleh kata-katanya
Membingungkan,
Mengherankan,
Masih ada yang percaya pada katanya …
Yang bicara tanpa dasar
=***=
BERNARASI
Suatu ketika …Pada mulanya … Dikisahkan …
Kata kunci yang mengawali sebuah kisah
Biasa diungkapkan dengan kata sarat makna
Menghantar audiens mencelakkan mata dan telinga
Melihat sosok yang berkisah tapi bukan berorasi
Yang membuka perjalanan pengalaman bukan harapan
Yang berteriak bukan meminta tapi memberitakan
Tak mengharap timbal balik pendengar untuk berkomentar
Hanya menuntut ekspresi yang bebas batas
Tersenyum, heran, bingung, kagum, dan banyak lagi
Terpancar mimik dan lirik dari wajah-wajah yang penasaran
Ketika cerita terhenti seperti layangan putus
Timbullah rasa penasaran yang berkobar-kobar
Ingin tahu kisah selanjutnya,
Bahkan sampai akhir
Supaya tak menjadi buah bibir,
Apalagi menjadi buah simalakama
=***=
LORONG TUA
Masih terngiang dalam ingatan
Pikiranku melayang menuju ke arah kemunduran zaman
Berbicara tentang tahun ‘89 silam
Yang penuh dengan angan-angan dan romantika
Kakiku berjalan melangkah ke depan sebuah lorong tua
Menjumpaimu di sana yang t’lah memegang setangkai bunga
Yang kau petik di sekitar rel kereta
Parasmu begitu menyilaukan mataku yang sendu
Tertiup sepoi-sepoi angin yang semakin membawa langkahku
Semakin mendekat kepada jejakmu,
yang tertambat di dinding yang usang
Ku s’makin tak karuan
Bertingkah laku bak anak kecil yang bermain ke sana kemari
Lagi,
Melihat senyummu yang indah
Melehkan hatiku yang tadinya tegang dan kaku
Sekuntum bunga yang kau bawa
mewakili paras indah wajamu
yang s’lalu ku ingat
dalam masa-masaku ini
yang tak lagi bersamamu
=***=
*) RD. Martinus Handoko, Imam, Guru, dan Pembimbing Ekskul Menulis Sastra di SMAK Mario Jhon Boen Pangkalpinang