Jurnal Sabda Sabtu, 15 Januari 2022

by Alfons Liwun

Bacaan pertama, 1Samuel 9: 1-4.17-19; 10:1a, Inilah orang yang disebut-sebut Tuhan! Inilah Saul yang akan memegang tampuk pemerintahan atas umat-Nya; Mazmur 21: 2-3.4-5.6-7, Ya Tuhan, karena kuasa-Mulah raja bersukacita; Bacaan Injil Markus 2: 13-17, Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.

Yesus dan Misinya

RD. Lucius Poya H., *)

Siapa Yesus? Itulah pertanyaan yang menggelitik di hati setelah melewati masa natal dan kini memasuki masa biasa. Pertanyaan ini membual dari hati karena baik dalam masa natal maupun masa biasa, Yesus selalu ditampilkan sebagai sosok yang paradox.

Saat kelahiran-Nya, Ia diwartakan oleh para malaikat sebagai Juru Selamat surgawi, Sang Raja dari surga yang cahaya-Nya berbinar sampai ke timur kepada para majus. Namun di saat yang sama Ia dijumpai terlahir di palungan ternak, dalam gua hina.

Ketika dibaptis minggu yang silam, lagi-lagi tampak sosok paradoxal Yesus. Ia yang begitu tinggi, yang untuk membungkuk membuka tali kasut-Nya tak satu manusia pun tak layak, justru harus berada di tengah kerumunan kaum pendosa. Bahkan Lukas mencatat Ia menjadikan diri-Nya sebagai salah satu di antara pendosa agar bisa dibaptis oleh Yohanes. Dan apa yang terjadi dengan itu? Langit yang tertutup dibuka. Roh Kudus memperoleh jalan menuju dunia. Suara Bapa kembali menggelegar, hanya dalam Yesus – Putra Kesangan-Nya, Bapa berkenan menyelamatkan manusia.

Keilahian dan kemanusiaan-Nya, Kemahakuasaan serentak Kerendahan-Nya, Kemahakudusan serentak penempatan diri-Nya di antara kaum pendosa bagai kutub positip-negatip, sehingga  memiliki daya tarik bagi manusia yang berkenan kepada-Nya, tetapi serentak menciptakan penolakan bagi mereka yang dikuasai iblis, sebagaimana dikisahkan Markus dalam rentang ziarah pekan ini.

Warta pertobatan-Nya, menyentuh sukma para nelayan Galilea sehingga panggilan-Nya kepada Simon dan Andreas, Yakobus dan Yohanes, tak menemukan kesulitan apapun. Mereka meninggalkan hidupnya yang lama dan beralih ke hidup yang baru bersama Dia. Mereka yang sebelumnya adalah penjala ikan, memberi diri dengan suka rela dan penuh sukacita untuk direkrut menjadi penjala manusia, sebagaimana dilansir hari Senin.

Namun mereka yang memberi diri dikuasai iblis justru sangat antipati dengan-Nya. Mereka ini kendati mengenal Dia sebagai yang kudus dari Allah, namun tak mau bila Yesus mencampuri urusan hidup mereka sebagaimana dilansir hari Selasa.

Aku datang untuk yang sakit, bukan untuk yang sehat (foto:merifica.new)

Sosok Yesus sebagai Juru Selamat, sebagaimana yang diwartakan Gabriel kepada Maria, yang dialami di rumah ibadat itu, kemudian terus menyebar dalam pengalaman hidup manusia. Derita ibu mertua Petrus, mereka yang sakit dan kerasukan roh jahat, mereka yang terkucil dan terasing, terus mencari Yesus untuk dipulihkan dan dibebaskan  oleh kuasa firman dan uluran tangan-Nya, sebagaimana dilansir hari Rabu, Kamis dan Jumat.

Dan di akhir pekan hari ini, Markus menutupnya dengan kisah panggilan, tetapi bukan lagi di danau, melainkan di meja cukai; bukan kepada nelayan; melainkan pemungut cukai; bukan kepada mereka yang berjuang mencari uang

dengan tangan bersih, melainkan kepada dia yang bergelimang harta dengan tangan kotor. Dia itu adalah Lewi. Kepada Lewi ini, lagi-lagi Yesus mengumandangkan sabda panggilan-Nya: ”Mari ikutlah Aku”. Dan sebagaimana keempat nelayan Galilea, Lewi segera berdiri, tanpa ragu, meninggalkan hidup yang lama, dan menempuh hidup baru dengan mengikuti Tuhan.

Ya! Begitulah Yesus menampakkan diri-Nya dalam pekan ini. Keallahan-Nya tampak dalam kemanusiaa-Nya. Kemahakuasaan-Nya tampak dalam pembebasan-Nya terhadap manusia yang menderita, terkucil dan terasing. Kekudusan-Nya tampak dalam  kedekatan-Nya dengan manusia pendosa.

Tak heran banyak orang mencari Dia tanpa sungkan. Nelayan dan pemungut cukai menjawab panggilan-Nya tanpa banyak tanya berapa upah yang diperoleh.  Si kusta tak segan membawa kebusukan dirinya; si lumpuh tak takut membongkar atap rumah untuk turun berhadapan muka demi mendapat uluran tangan-Nya.

Oleh karena itu mari mengikuti Yesus dengan hati gembira dan wajah berseri seperti Petrus dan Andreas, Yakobus, Yohanes, serta Lewi. Jangan melihat Tuhan sebagai beban, karena Yesus dengan suka hati telah memikul beban kita saat turun untuk dibaptis di Sungai Yordan , agar langit yang tertutup terbuka bagi kita, sehingga jalan menuju surga menjadi lapang bagi siapa saja.

Pupuklah  keutamaan untuk selalu datang dan berlutut di hadapan Yesus,  seperti si kusta. Bangkitlah dan berjuanglah menghalau segala tantangan dan rintangan  untuk selalu menjumpai Tuhan,  berhadapan muka dengan Dia untuk mendapat uluran tangan-Nya, seperti si lumpuh. Bangkitlah dari meja-meja kelemahan, dan berziarahlah bersama Yesus untuk menenun hidup yang baru, seperti Lewi.  Sebab Tuhan melihat iman, bukan muka atau status social. Ia memangil mereka yang berkenan di hati-Nya, tanpa menjustifikasi apakah berdosa atau saleh. Semuanya melulu karena kasih.

Selamat berakhir pekan. Selamat memasuki pekan ziarah ke II dalam masa biasa. Amin! ***

*). Imam Keuskupan Pangkalpinang, sedang mempersiakan Paroki Baru Tanjung Uban, Bintan Kepri.

Related Articles

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.